>

Kafka dan Nakata dalam Karya Haruki Murakami

Tanpa ada pembuktian balik untuk menyangkal sebuah teori, ilmu pengetahuan tidak akan pernah maju, --Haruki Murakami.

Aku menemukan kalimat ini dalam novel yang ditulis Murakami, “Dunia Kafka”. Sebuah novel yang awalnya bagiku sangat membingungkan karena pada beberapa bab awal setting ceritanya berbeda. Jaman perang dan jaman now (kalau boleh menyebutnya begitu). Dari novel ini aku mengetahui beberapa hal tentang Jepang, dan yang paling menarik adalah tentang perpustakaan. Mungkin karena aku mencintai buku dan perpustakaan, dan pernah bermimpi untuk bekerja di sebuah perpustakaan besar, maka aku lebih fokus pada perpustakaan yang diceritakan dengan beragam koleksi langka. Bahkan salah satu perpustakaan yang ada dalam cerita tersebut mengoleksi buku terbitan tahun 1910 Masehi. Di samping itu juga, tokok utama dalam novel itu sangat suka membaca.

Novel ini menceritakan tentang beberapa hal di luar logika. Aku tidak sangsi dengan itu, tetapi juga tidak terlalu percaya, bagaimanapun novel adalah fiksi. Namun, penulis-penulis tertentu terkadang mengabadikan keyakinannya atas fakta di luar nalar manusia melalui fiksi. Dan karena aku termasuk orang yang percaya dengan dunia mistis, jadi aku menikmati cerita tersebut tanpa ada penyangkalan atau pembenaran atas cerita tersebut. Bagiku, itu bisa saja pernah terjadi di suatu titik di permukaan bumi, bisa juga tidak. So, nikmati saja.

Perlahan, cerita dalam novel tersebut berjalan mendalam, terutama ketika tiba pada kisah Nakata, seorang anak cerdas yang tiba-tiba amnesia tingkat tinggi (lupa semua hal) yang mengakibatkannya  lupa tentang semua ilmu yang pernah diserapnya sehingga menyebabkan dia tidak bisa membaca hingga lanjut usia.

Lalu bagaimana ia hidup?
Apakah ia baik-baik saja?

Dia diterima dalam kehidupan tetapi diabaikan keberadaannya, termasuk oleh keluarganya. Untungnya, Nakata memiliki jiwa yang lapang. Ia menyadari semua itu dan menerimanya. Ia tak pernah membenci siapapun. Ia maklum dengan sikap orang-orang terhadapnya, bahkan berkali-kali dia mengatakan, “Nakata tidak pandai! Nakata orang bodoh, tidak bisa membaca”. Terkadang orang terkejut dengan pernyataan itu. Tetapi kemudian orang menyukainya, menyukai setiap ketulusan dan yang terpancar dari sorot matanya.

Novel tersebut memiliki halaman 606. Dan hari ini aku baru tiba di halaman 292. Aku tidak sabar ingin segera menuntaskannya. Namun, pekerjaan lain mengharuskanku untuk menunda keinginan itu.

Saat ini yang membuatku penasaran adalah hubungan Nakata dengan Kafka, sang tokoh utama cerita yang diramalkan akan membunuh ayahnya dan meniduri ibunya. Dan yang membunuh ayah Kafka adalah Nakata dengan kejadian di luar logika. Hanya menyisakan fakta bahwa ayah Kafka benar-benar terbunuh.



Tetebatu Selatan, 27 Nopember 2017
Previous
Next Post »