Beberapa hari yang lalu salah seorang siswa
menulis puisi tentang tugas mereka yang menumpuk. Aku takjub dengan isi puisi
itu (nyesel kenapa teks puisinya tak ku foto ya?) dan ternyata prediksiku
tentang mereka terbukti benar melalui puisi itu, puisi yang mewakili perasaan
siswa-siswa yang lainnya. Memahami hal itu, makanya aku jarang kasih PR ke
siswa kecuali soal-soal yang tidak bisa diselesaikan karena waktu pelajaran
sudah berakhir.
Hari ini, aku membaca tulisan di mading
yang terletak di lantai dua dekat tangga (lagi-lagi nyesel banget kenapa tak ku
foto tulisan tersebut). Tulisan itu berbunyi,
“Masukkan
kami jam 08.00, pulangkan kami jam 1.30. Kami bukan robot!”
Sayangnya dalam tulisan tersebut tidak
dicantumkan nama penulis, mungkin karena yang nulis sangat pemalu. Namun,
sebagai pendidik, membaca tulisan itu aku melihat beberapa hal:
Siswa
mulai memiliki daya kritis terhadap apa yang terjadi. Hanya saja, kekritisan
tersebut belum tersalurkan dengan baik.
Siswa
sebenarnya memiliki kemampuan literasi yang perlu diarahkan dan dikembangkan.
Membaca tulisan tersebut aku berfikir, “mengapa siswa tidak membuat protes
melalui karya sastra dengan menggambarkan kondisi yang ada, melalui sebuah
cerven, puisi atau lakon yang tertuang dalam drama teater.
Siswa butuh ruang diskusi untuk menampung pertanyaan-pertanyaan, keluhan bahkan ketidaksetujuan yang mereka miliki atas kondisi yang ada
Siswa butuh ruang diskusi untuk menampung pertanyaan-pertanyaan, keluhan bahkan ketidaksetujuan yang mereka miliki atas kondisi yang ada
Aku tak tahu apakah setiap pendidik
yang berkesempatan membaca tulisan-tulisan tersebut akan peduli lalu memberikan
tindak lanjut secara bijak. Yang jelas, aku berharap siswa bersedia berbicara
kepadaku (baca: diskusi) sehingga daya kritis yang mereka miliki bisa
tersalurkan dengan baik dan tanda tanya ataupun keluhan mereka akan kondisi
yang mereka jalani tidak tersimpan menjadi dendam apalagi kebencian yang tidak
semestinya. Minimal aku bisa memberikan penjelasan kepada mereka bahwa kebijakan
jadwal sekolah berasal dari pemerintah pusat, pihak madrasah hanya menjalankan kebijakan
tersebut.
Tetebatu Selatan, 26 September
2017
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon