Kesedihan dan kekecewaan bermula dari
perkataan yang menyakitkan, perkataan yang membuat hati terasa panas, sakit dan
terluka. Perkataan yang melukai hati seorang anak yang selalu bertekad untuk
bersekolah, akan tetapi orang tuanya tidak begitu yakin dia akan bersekolah
lagi. Namun, anak itu tetap bertekad ingin melanjutkan sekolah.
Pendaptaran untuk siswa baru mulai
dibuka. Orang tuanya belum yakin akan kelanjutan sekolahnya karena masalah
ekonomi, sampai anak itu pun menangis. Hari demi hari dia lewati untuk membujuk
orang tuanya, akan tetapi hasilnya masih seperti kemarin, tidak akan
disekolahkan. Hingga suatu hari dia pergi mengaji. Saat itu ia ditanya oleh
gurunya, “Nak, apakah kamu akan melanjutkan sekolah?”
“Saya tidak tahu pak. Ibu saya hanya
bilang bahwa saya tidak bisa melanjutkan sekolah”. Jawab si anak.
“Tidak boleh nak! Kamu harus
melanjutkan sekolah, bagaimana pun caranya bapak akan bicara dan membujuk orang
tuamu”.
***
Suatu hari guru ngajinya pun datang ke
rumahnya.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam!” Jawab ibu anak
itu.
“Begini bu, maksud kedatangan saya
kesini untuk membicarakan masalah anak ibu”
“Emangnya dia kenapa? Apa dia nakal?”
“Begini, kan anak ibu ingin melanjutkan
sekolah. Dia sudah cerita sama saya bahwa dia tidak bisa sekolah lagi. Kenapa
bu?”
“Begini pak. Kami tidak ada biaya untuk
menyekolahkannya lagi”
“Jangan pikirkan biaya dulu. Piirkan
masa depan anak ibu”
“Ya
pak, tapi tidak ada biaya!” Jawab si ibu.
“Begini saja bu! Ibu jangan khawatir.
Nanti saya yang urus semuanya”
“Kalau memang itu yang terbaik untuk
anak saya, saya akan menyekolahkannya”
“Alhamdulillah”
Tak lama kemudian guru ngaji anak itu
pun pulang. Si anak diberitahu oleh ibunya bahwa dia akan disekolahkan, dan
seketika anak itu tampak sangat gembira.
***
Anak itu pergi mendaptar bersama guru
dan teman-temannya. Anak itu ingin mondok dan itu pun disetujui oleh orang
tuanya.
Namun, sesuatu yang tak terduga
terjadi. Saat anak itu pulang ke rumah untuk mengambil tugas dari ketua
kelasnya, ia menemukan ibunya menangis. Setelah bertanya, akhirnya ia tahu
bahwa ada saudara ibunya yang tidak setuju melihat ia sekolah lagi dan
mengatakan sesuatu yang menyakiti perasaan ibunya. Anak itu sangat sedih.
Namun, ia kuatkan hatinya dan tetap percaya bahwa bersama kesulitan selalu ada
kemudahan. Sebab, itu janji Tuhan, dan Tuhan tak pernah mengingkari janji-Nya.
Tetebatu Selatan, 1 Agustus 2017
X-MIA
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon